Balada Anak kampung bagian 26
Saat sadar aku merasakan ada yang membebani tubuhku.
Seutas tali tambang melilit kaki dan pinggangku kedua tanganku terikat dari belakang ,menyatu dengan tiang penyangga.
Pakaianku yang mentereng,Tak karuan lagi bentuknya.
Kotor dan robek.wajah ku kusut dan rambutku acak acakan
Sekujur Badanku terasa sakit.nyeri dan pegal terasa di kaki dan di bahu. .aku sangat lelah.entah berapa lama aku diikat seperti ini.
Kepalaku mulai berdenyut denyut.
Aku tak bisa bergerak sama sekali.
Ikatan itu begitu kuat,hingga membuat kulitku menjadi lecet dan berwarna kemerahan.
Sejenak aku bingung dengan keadaanku ini,apa yang telah terjadi padaku.kenapa aku bisa ada di tempat ini. Terikat.
Tak berdaya.
Aku mencoba mengingat ingat dengan mengerjap ngerjapkan mata.
perlahan ingatanku pulih kembali.
Tergambar di pikiranku,Papa membawaku ke pesta kawinan Radit.
Lalu muncul seorang pemuda asing,yang wajahnya belum pernah kulihat,ia mengabarkan Ayah mengalami kecelakaan dan aku mengikuti Pemuda bernama Erik itu tanpa curiga sedikitpun.
Ternyata aku dijebak.
akupun berontak namun ada tangan yang membekap hidungku.
Takku ingat lagi apa yang terjadi.
Kuamati keadaan sekitarku,cahaya matahari menyelinap dari bilah bilah papan yang renggang.
Aku mencoba menduga dimana aku berada.
Didalam sebuah pondok tua yang tak terurus.
Lantainya yang di lapisi semen terlihabangkiy. banyak yang sudah retak.
Rumput liar dan ilalang bebas tumbuh di sana sini.
Bau lumut dan apek tercium hidungku.pengap..
Rayap dan semut telah menjadikan rumah ini sarang mereka.kehancuran mulai terlihat.dindingnya yang terbuat dari papan banyak yang copot
Dengan posisi terikat begini,aku tak bisa leluasa memperhatikan keadaan rumah ini.
Hanya bisa menatap lurus.sedikit menoleh kekiri dan ke kanan.
Lurus dihadapanku terdapat sebuah meja kayu.ditempati dua orang lelaki yang tidur dalam posisi duduk.
Tangan dan kepala mereka menempel pada permukaan meja.
Kedua orang itu itu menghadap kearahku.mengawasiku.
Kuperhatikan postur tubuh mereka.tinggi dan kekar.
Mereka Berkulit hitam dengan rambut keriting yang dipotong pendek.
Suara dengkuran mereka jelas terdengar.kontras dengan suara cicitan burung di kejauhan.
Ku dengar suara langkah mendekat dari belakang,ada seorang datang.
Aku mengenalnya, itu Erik ditangannya ada senjata api
" ooh..ooh..anak papa sudah sadar..." kata Erik seperti mengejekku.
Aku mengamati Erik.posturnya lebih pendek dari aku.badannya cukup berotot.wajahnya tak begitu ganteng malah terkesan licik.ada tato dilehernya,bergambar ular kobra.
Matanya terlihat waspada. Bergerak gerak ke sana kemari seperti ketakutan akan sesuatu.
Ia memakai celana jeans hitam dan jaket hitam pula.
" Apa salahku bang..." kataku mencoba memohon pada Erik." tolong..lepaskan.. Aku..bang.."
" Diam..."'hardiknya.ia mengacung senjata api padaku.sepucuk pistol jenis Baretta.
" aku tak segan segan menembakmu jika berani macam macam padaku.."
Aku terdiam.ketakutan.
" kau tahu siapa aku" tanya Erik sambil menatapku tajam.
Aku menggeleng lemah.
" aku adik kandung Tania.wanita yang telah di ceraikan Danil,papa tirimu itu.
Mbak Tania mengalami depresi berat sejak di cerai Danil".
Hampir Gila !!.
Wajah Erik terlihat muram." sudah setahun ini..dia dirawat di Rumah Sakit Jiwa..Danil itu cinta matinya...makanya dia drop gitu..
Aku turut prihatin mendengarnya."napa aku yang di salahkan.aku ndak tahu menahu soal ini.."
Erik melotot,ekspresinya terlihat mengerikan.
" ibumu ga ada apa apa nya dibanding mbak Tania...
Mbak Tania itu sangat cantik.cerdas.sepadan dengan Danil.
Tapi knapa ia menceraikan isterinya yang cantik...
Malah memilih perempuan kampung.Jelek. Norak.
Bodoh lagi....".
Erik berjalan memutar mengawasi orang orangnya yang masih pulas.
"kau...lah.. Penyebabnya.." Erik kembali mendelik.
Suaranya terdengar penuh Emosi.
" Danil menyukaimu...ia ingin menjadikan kau sebagai putranya..
Kucoba analisa kepribadian Erik.aku suka membaca artikel psikologi di internet,jadinya aku banyak tahu tentang berbagai tipe kepribadian.
Sombong.Egois.suka meledak ledak emosinya.
Aku menduga Erik seorang psikopat.
" Danil pernah menjanjikan aku mobil baru...tapi...sejak bercerai..janji itu cuma omong kosong...."
Erik mencengkeram daguku.mendorongnya keatas.
Aku mengerang kesakitan.
" Dia harus menebusmu satu milyar....setelah kau, ibu dan adikmu aku habisi."
Mendengar perkataan Erik,jantung bergolak.darahku mendidih.tak akan kubiarkan ia menyentuh ibu dan Rani.
"Kau...pengecut..." kataku entah mendapat keberanian dari mana.tak bisa lagi kubiarkan Erik berbuat semena mena.
" kalau kau berani lepaskan aku...kita bertarung satu lawan satu satu.." tantangku dengan suara lantang.
Erik meninju mulutku.begitu keras.kepalaku terasa terguncang.darah segar mengalir dari bibirku.
aku sungguh tak siap menerima pukulannya.
"Aduuh...Sakit...."aku mengerang lemah. ...""Ayaaah......tolooong.....
Perih dan nyeri terasa dimulutku. Butiran air mata membasahi pipiku.
Aku sungguh marah namunTak berdaya untuk membalasnya.
" jangan.. Sakiti.. Anak itu..Erik.." kata seseorang bersuara berat.
Orang itu menghampiri Erik.posturnya pendek.gemuk.setengah tua.
" tolong..jangan sakiti..dia" kata bapak itu sambil mendekatiku.
" Diam...kau.."hardik Erik sambil mengancungkan pistol ke arah bapak itu." aku yang berkuasa disini.."
"Kau janji takkan menyakitinya,makanya aku mau ikut..."
"Aku tak perlu lagi bantuanmu...kata Erik dengan tinggi
Dua orang Suruhan Erik terbangun oleh suara pertengkaran itu.
"Ada apa..ini..."kata seorang lelaki berbadan kekar.
" kau lihat..Robe..Erik memukul anak itu." kata bapak itu sambil menunjuk padaku.
Lelaki muda itu bangkit,Ia mendekat padaku.
" kau tak boleh melukainya..kita hanya mau uang tebusan..toh" logat lelaki seperti dari daerah timur.
Erik menurunkan pistolnya.
" kalau kau melukainya,kita malah tak dapat apa apa."
Erik menjauh.Ia berdiri di pojok mengawasiku dengan mata liciknya.
Bapak bertubuh gemuk itu mendekat padaku.ia mengusap mulutku yang berdarah dengan sapu tangan.
" bapak tak akan biarkan lagi ia melukaimu." katanya dengan perasaan iba.
" makasih..pak.." kataku pelan.
" siapa namamu..nak.."
" Bayu..."
" Panggil aku pak Gono..."
" Sudah..sudah..biarkan Saja dia..."kata Erik mendorong Pak Gono menjauh dariku.
Erik mengeluarkan ponsel pintar dari sakunya.menghidupkan layar dan menyentuh beberapa ikon.Ponsel itu sepertinya punyaku.ada stiker superman dibelakangnya.
" Danil..anak tirimu ada..padaku..."Erik bicara pakai ponsel.ia mengativkan pengeras suara agar semua bisa mendengar.
"Halo..siapa ini..." kata suara di ujung telepon."kau Erik..ya.."aku kenal pemilik suara itu,papa.kemaren ia meminta nomerku dan menelpon agar nomer masuk ke kontak ponselku.
" Siapkan..Uang satu milyar...akan kuberitahu nanti...
" Apa bukti Bayu ada sama kau..."
" aku akan aktivkan video call..."
Erik mengarahkan kamera depan ponsel ke wajahku.Dilayar bisa kulihat wajah papa,pucat dan sedih.
" Bayu..kamu baik baik saja..kan"
Aku mengganguk.coba untuk tersenyum namun pipi kiri ku mulai bengkak dan berwarna merah kebiruan.
" Erik memukulmu..."
Belum sempat aku menjawab.Erik menjauhkan ponsel .
" Aku akan bunuh..dia..jika kau ..tak penuhi permintaanku...
" kau ..bajingan.." sempat terdengar suara papa sebelum Erik mematikan ponsel.
Erik menatapku dengan marah.Ia mencengkeram kerah bajuku.
" kita lihat saja nanti apakah si Danil lebih sayang Uangnya atau kau."
Aku hanya diam.Erik orang berbahaya,aku harus bersikap tenang.patuh dan terlihat lemah di matanya.
Jika aku bersikap menantang,ia pasti akan memukulku.
Kedua pemuda berkulit hitam,anak buah Erik. Mengawasiku dari jauh.mereka tak berbahaya bagiku.
Hanya Erik yang paling berbahaya.dia punya dendam pribadi denganku.Bila tak dapat uang,ia akan membunuhku untuk melampiaskan sakit hatinya.
Aku bergidik ngeri membayangkannnya.
"Kau sudah siapkan uangnya Nil...."kata Erik di telpon beberapa menit kemudian.
" sekarang hari minggu.Bank Tutup.aku hanya punya lima puluh juta uang tunai..."
"Aku tak mau tahu..menjelang malam nanti ... Uang sudah harus ditukar dengan anakmu..."
"Kau..gila..dari mana aku bisa dapat uang tunai sebanyak itu..kalau pakai cek mau ..nggak..."
Terdengar suara tut tut.Erik pun mematikan ponsel.
Ia menatapku sebentar lalu berpaling pada anak buahnya.
" kalian jaga anak itu..aku akan keluar sebentar.."perintahnya sambil mengangkat pistol
Ia memandang kedua pemuda dari papua itu bergantian dengan pandangan mengancam.
Erik mendekat lalu berbicara lebih pelan pada kedua orang itu.
Ia lalu mendatangi Pak Gono.
" jangan coba main main denganku..." ancamnya sambil menodong pistol.
Pak Gono terdiam.
Erik berjalan mendekatiku.ia periksa satu persatu tali yang melilit tubuhku.
Ia mengoyang goyang badanku untuk memastikan tali itu begitu kencang dan rapat.
Ia berkeliling ruangan untuk memastikan semuanya beres.
Begitu ia mendekati pintu keluar.
Aku mulai bernapas lega.Tak lama terdengar suara mesin mobil di nyalakan,perlahan suara mobil itu semakin pelan dan akhirnya tak terdengar lagi.
Sekarang saatnya bertindak cepat.aku memperkirakan Erik baru kembali satu atau dua jam lagi.
"Aduuh..perutku mulas.. bang..tolong lepaskan.." aku menggoyangkan perut seperti orang yang sedang kebelet.
Kedua pemuda berkulit hitam itu cuma saling berpandangan.Pak Gono mendekat sambil memandang kedua pemuda tadi.
" Pak ..tolong..aku" aku bersuara pelan mencoba mempengaruhinya." papaku bisa kasih uang..bapak tak akan di penjara..."
Pak Gono terlihat bimbang.seperti menimbang nimbang untung ruginya menolong aku.
Ia lalu berjongkok,ikatan tali yang melilit kakiku ia buka.
" Oi..jangan lepaskan..." cegah Robe sambil mendekat padaku.
" aduuh...perutku..pengen beol...bang" teriak ku untuk meyakinkan Robe.
" tangannya tetap kita ikat..." kata Bonai, pemuda yang satu lagi.
Pak Gono sudah membebaskan kakiku,sekarang tali yang melilit pinggangku ia buka,lalu kedua tanganku.
Bonai dan Robe memegang badanku dengan cepat.aku sempoyongan tak kuat untuk berdiri,kakiku terasa kebas kebas.
Robe langsung mengikat tanganku kebagian depan.seutas tali panjang ia sambungkan pada ikatan itu.
Setelah beberapa saat aku mulai bisa menyeimbangkan badan.ngilu dan nyeri masih menganggu gerakanku.kupaksa terus untuk melangkah.
Robe berada didepan memegang seutas tali yang terhubung dengan tanganku,Bonai mengiringi dibelakang.terus mengawasiku.Pak Gono berjalan fi sampingku.
Aku tampak seperti sapi yang hendak di sembelih.
Ada Kakus kecil di belakang berjarak dua ratus meter dari rumah itu
Matahari menyengat kulitku.aku mengira sekarang sudah pukul sembilan lewat.
" masuk sana..." kata Robe begitu kami sampai di depan pintu kakus. Kakus itu berbentuk segiempat terbuat dari papan ,tak begitu luas,hanya untuk masuk satu orang.
Sampai di dalam aku meminta Pak Gono,menurunkan celanaku katunku.ku beri isyarat agar dia mengendorkan ikatanku.
Pak Gono melakukan dengan cepat ,tanpa di sadari kedua pemuda itu.
Pintu kakus di tarik dan di palang Robe dari Luar .setelah melihatku jongkok dengan kolor di tarik.
Aku berdiri. Lubang Wc penuh dengan kotoran yang sudah mengering Baunya membuatku mual.Untunglah perutku tidak terasa mules
Ada bak kecil di samping kakus.Bak yang disemen itu tak ada air di dalamnya.
Kakus itu tak beratap.Sengatan mentari membuatku gerah.
Perlahan kugoyang kedua tangan.ikatan yang longgar seharusnya membuat tanganku bisa lepas dengan mudah,Namun selama beberapa jam di ikat tanganku terasa kebas dan nyeri.
Aku meringis pelan.kutahan mulut ku untuk terus diam.
Akhirnya tanganku bebas.Kunaikan kolor dan celana.
Aku berpura pura menimbulkan suara gaduh seperti sedang buang hajat.
" bang..udah..bang.. " kataku beberapa saat kemudian.
Robe membuka pintu.ia melihatku masih dalam keadaan terikat.
Ia pun menarik Tali membawaku kedalam rumah.aku melihat Bonai berdiri jauh dari kakus.Hanya Robe seorang yang menjagaku.
Aku menghentak tali yang kubuat dengan simpul yang mudah di buka.Ku hantam pantat Robe sekuatnya.
Pemuda itu tersungkur dengan muka menyentuh tanah.Ia pasti tak menyangka aku bakal menendangnya dengan tiba tiba,reaksinya terlambat untuk menyadarinya.
Aku berlari ke samping rumah.menuju jalan depan,Tanpa Alas kaki,sepatuku di copot Erik.
Bonai terkaget melihat Reaksiku.Ia mendekati Robe yang berusaha bangkit.
" Cepat kejar dia.. " perintah Robe.
Hanya ada satu jalan keluar dari sini. Jalan tanah selebar setengah meter. Di sekelingnya penuh dengan semak belukar. Tak ada rumah penduduk di pinggir jalan. Sunyi.
Ada jejak ban mobil.pasti menuju jalan Raya.Aku terus berlari.Bonai menyusul di belakang. Terus berteriak teriak.pemuda itu larinya cepat juga.ia mulai menyusulku dengan jarak beberapa meter saja.
Aku terus berlari meski badanku teasa sakit dan letih.beberapa rumah mulai terlihat. Aku semakin dekat ke jalan besar.
Ada mobil datang. Sebuah Jeep dengan penutup kanvas.
Itu Erik,pikirku. Ia sudah kembali.
Aku tak menyangka Dia kembali begitu cepat.
Sejenak aku panik.Erik pasti melihatku, ia mempercepat laju mobilnya seperti ingin menabrakku.
Aku berbelok ke pinggir,berlari di antara kebun nenas.
Jeep berhenti. Erik Keluar dari mobil.mengejarku sambil membawa pistol.
Kebun Nenas itu tampaknya siap panen.buahnya besar besar dan Ranum.Aku berharap ada pekerja disitu.
Harapanku terkabul ada beberapa orang lelaki sedang bekerja.
" Tolooooong..." aku berusaha berteriak sekeras kerasnya.kerongkonganku terasa tercekat.
Erik semakin dekat.
Aku berlari kearah para pekerja itu berharap Erik tak mengejarku.napasku terasa sesak.Tak kuat untuk berlari lagi.
" tolooong" suaraku mulai keluar.beberapa orang menoleh padaku.
Sesaat mereka cuma terpana.tak paham apa yang terjadi.
Begitu Melihatku tersungkur bersimbah darah,mereka baru bergerak menolong.
Erik telah menembakku.aku bisa mendengar suara tembakan dengan jelas.peluru menembus punggungku.
Sakitnya tak tertahankan.darah segar mengalir deras dari punggungku.
Aku lunglai.terjerembab bersimbah darah dengan muka menyentuh tanah.ku dengar beberapa kali letusan senjata api.
Aku melolong...Sakitnya semakin hebat
makin tak tertahankan.""Ayaah.."'erangku lemah.
Apa aku akan mati.?
Pandanganku mulai gelap.napasku semakin lemah
tubuhku terasa Ringan dan seperti melayang layang di udara.Aku terhisap ke terowongan gelap yang berujung dengan cahaya putih menyilaukan.
Semua Rasa sakit itu mendadak hilang. Segalanya pun berubah jadi Indah,Tenang dan Damai.
***************
BerSambung.
Comments
Post a Comment