CERITA SEX GAY "MARCO BAGIAN 3"

SAMBUNGAN DARI BAGIAN 2........
Marco mulai menaikan satu kakiku keatas pundak dia, perlahan-lahan dia
memasukan kontolnya pada pantatku, aku merasakan pantatku seperti di
masuki benda aneh yang besar dan sangat panas, kulihat wajah Marco yang
dekat denganku dengan ekspresi agak menahan,
"Nnnngghh...Nnnnnnngh!!!..
Marco mendorong kontolnya penuh memasuki pantatku, "Aaaaa! AAAAAH!!" aku
mengerang kesakitan, rasanya pantatku seperti merobek dengan lebar,
"aaah, aaah. Marco sakiiiiiit"
aku memelas pada Marco.
Marco hanya diam dan bernafas berat di dekat hidungku , Marco menarik
kontolnya, aku menahan rasa perih ketika Marco menariknya dengan
pelan-pelan, aku merasa agak lega karena Marco mengampuni aku.
Tetapi tiba-tiba cengkraman Marco semakin kuat, mukanya memerah kemudian
dia mendorong kontolnya lagi sekaligus dengan cepat,
„AAAAH!! Marco!! Udah!! SAKIIIT....!!!"
aku memohon dan menangis karena rasanya sungguh sakit sekali dan seluruh
batang kontol laki laki itu terbenam seluruhnya sampai amblas!..
"Sabar sayaaaang..... nanti enggak sakit lagi.... sabar yaa sayaaang…!"
Marco merayu padahal yang sebenarnya dia lakukan adalah menggagahi aku,
ya!, memperkosa aku secara paksa!.Nafasnya terdengar lebih berat lagi
dan keringatnya menetes-netes di wajahku, dia mulai mendorong mundur
maju kontolnya, aku sudah mengeluh kesakitan padanya dan menutup mataku
„aaaduh!! Udaaaah!! Sakiiiiiit!!
Marco!! Marcoooooo!!!"
Marco tidak memperdulikan kata-kataku dia terus memperkosa aku untuk
melampiaskan nafsunya, karena aku terus-terusan mengeluh, lalu dia
mengulum bibirku dengan nafsunya sampai aku tidak bisa berteriak lagi.
Setiap dorongan, Marco mendengus sangat keras dan nafasnya memanasi
wajahku sampai wajahku berkeringat, aku mulai merasa agak tenang dan
menahan sakit karena aku menghirup nafasnya yang wangi itu.
Entah berapa lama, Marco menyetubuhiku dengan tikaman tikamannya tapi
astaga!, lama-lama aku merasakan kenikmatan di seling rasa sakitnya itu,
tetapi tetap saja rasa sakit yang luar biasa itu melebihi dari rasa
kenikmatannya itu.
"Eehhhhmmmmmm......Eehhhhmmmmm..... , oooooohhhh Marcooooon...." Aku
tetap mengerang kesakitan, tanpa sadar aku terus memanggil nama Marco
berulang-ulang karena rasa sakitnya itu. Tentu saja Marco semakin
bersemangat karena aku terus memanggil namanya itu. Saat aku membuka
mataku, kulihat melihat ekspresi wajah Marco yang sedang bernafsu,
terlihat amat erotis.
"Ayo sayang!, digoyang Yank...., goyang pantatnya, supaya aku tambah
enak....!" pinta Marco
"Jangaaan Marc...!" jawabku, tapi tanpa sadar aku pun mengimbangi
genjotan Marco dengan menggoyang pantatku. Kini tubuhku seperti timbul
tenggelam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar dan kekarnya
Marco. Semakin lama, genjotan Marco semakin cepat dan keras, sehingga
badanku tersentak-sentak dengan hebat. Clep.. , clep.. , clep.. ,
cleep.. , begitulah bunyi batang zakar Marco yang terus memompa
selangkanganku.
"Ooooohhh Marc.....! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..! " Erangku berulang-ulang.
Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan
selama belasan tahun ini. Aku sudah tidak berpikir lagi tentang
kesetiaan kepada Istriku. Marco benar-benar telah menenggelamkan aku
dalam gelombang kenikmatan seks sejenis. Persetan, toh aku sendiri sudah
jarang mendapatkan kepuasan sedahsyat dan kenikmatan seperti ini dari
siapapun dimuka bumi ini.
Bulu kudukku merinding dan aku menjerit didalam hati: Duuuuh
ampuuuuniiiii aku istriku....!,
maafkan aku yang tak mampu menolak nafsu biarahi yang berkobar ini
ini. Maaaafkan aku istriku.....
Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang makin menjalar
disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah gencetan tubuh
Marco. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir
Marco dan kupeluk erat-erat.
"Marcoooo..... aakkuu.. haampiir.. keluaaaaar..! " desahku meraskan
kenikmatan yang yang semakin mendesak. Saat tahu aku hampir klimaks,
Marco semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya
keselangkanganku sambil menghisap leherku sampai timbul lagi cupank
berwarna merah.
"Ayo mama, keluarin aja mama...., Mama enak yaaa?, mama suka dientot
kan?" Marco meracau.
Astaga!, ditengah nafsu birahinya ternyata Marco mulai memanggil aku
"Mama", seperti pada pasangan betinanya.
"Ayo keluarin.. mamaa saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaas.! "
Desah Marco.
Saat itu tubuhku semakin meronta-ronta dibawah dekapan Marco yang kuat.
Akibatnya, tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
"ooh.. aauuhh.. aakkuu.. keluaaaar.. Marcooooo.....! " Jawabku.
Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Marco, sedangkan
tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan keatas agar
batang kemaluan si Marco dapat menancap sedalam-dalamnya dan
Creetttt....!, creetttt...!, creetttt...!!, air maniku memancar keluar
bagai semprotan, terlempar ke dada dan perutku sampai basah semua.
"Nikmat maaaa?, Mama puas dientot Marco Ma...?" katanya
Gila!, Kok aku bisa klimaks walaupun batang kontolku sama sekali tak
dikocok kocok. Padahal jika dengan Istriku, untuk klimaks aku harus
menggesek gesek tanpa henti.
Tentu saja ini semua karena Marco adalah laki laki yang tahu persis
bagaimana memberi kepuasan pada sesama lelaki.. Walau usiaku terpaut
jauh dan Marco jauh lebih muda tapi batang kejantanan dan permainannya
memang sangat luar biasa dan nikmat luar biasa buat lubang pantat laki laki.
Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Marco
juga menghentikan genjotannya.
"Aku belum keluar mamaaa sayang.. Tahan sebentar ya maaa.. Aku terusin
dulu..! "
Ujarnya lembut sambil mengecup pipiku.
Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Marco memompa terus liang
duburku. Karena lelah, aku pasif saja saat Marco terus menggumuliku.
Tanpa perlawanan, kini badanku benar-benar tenggelam ditindih tubuh
atletis Marco. Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik kebawah untuk melihat
selangkanganku yang dihajar batang kejantanan Marco. Gila, tak sangka
duburku bisa dimasuki penis sebesar itu.
Marco semakin lama semakin kencang memompanya penisnya. Sementara
mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan leherku. Mendapat
rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali.
Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari selangkanganku yang dengan
kencang dipompa Marco. Maka aku balik membalas ciuman Marco, semantara
pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Marco yang masih
perkasa menusuk-nusuk lubang anusku.
"Mamaaaa ingiin.. lagii..? " Tanya Marco.
"Eehhhh...." Hanya itu jawabku dengan perasaaan malu.
Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama.
Dengan masih malu-malu aku juga ganti menjilati leher dan puting Marco.
Marco yang menindihku dari atas hanya dapat merem-melek karna kenikmatan
yang kuberikan, lalu diapun menyedot leherku sampai meninggalkan cupank
merah,.
"Tuuh.. biisaa goyang kaan..! Kaatanya taa.. dii.. Mama nggak mau......
" Kata si Marco sambil membalas menciumku dan meremas-remas dada bidangku.
"Mama suka kontol kaaan...??, Mama suka dientot kaaann.....?" Marco
terus meracau dengan kata kata kotor untuk membakar gairahku.
Sedangkan aku cuma bisa merintih, melenguh dan mengerang diberi
kenikmatan oleh gempuran batang kejantanan sesama lelaki. Tubuhku
menggelepar gelepar bagai seekor ikan sekarang karena deraan kenikmatan
yang merasuki tubuh dan jiwaku.
Hanya selang sepuluh menit, lagi-lagi kenikmatan tak terkira menderaku
dan Marco semakin keras menghunjam-hunjamkan batang penisnya kedalam
lubang duburku. Tubuhku makin erat mendekap Marco. Tangan Marco menarik
bibirku supaya dibuka lalu dia meludahkan air liurnya berkali kali
kedalam mulutku yang lansung aku minum kedalam tenggorokanku dengan
penuh dahaga....
"Maaaarccc.. aakuu.. haampiir.. keluaaar.. laaggii.. ssaayaang..! "
Kataku terengah-engah.
Tahu kalau aku akan klimaks untuk yang kedua kalinya, Dengan napas yang
terengah-engah, Marco semakin cepat memompa selangkanganku. Tak ayal
lagi, rasa nikmat tiada tara terasa disekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat
itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Marco kupeluk
sekuat tenaga, sementara napasku semakin tak menentu.
Akhirnya aku tak bisa lagi terkontrol!. Tanpa bisa kutahan tubuhku
mengejang. Batang kontolku terasa berdenyut-denyut dan
Aaaaaarrrrrrggghhhhhh......!!!, . Segera saja spermaku berlompatan,
menyembur keluar dari lobang kencingku untuk kedua kalinya.
Creetttt....!, creetttt...!, creetttt...!!,Menyemprot keluar membasahi
dada dan perutku.
Tubuhku terasa ringan. Aku tergolek lemas tak berdaya diatas tempat
tidur. Tubuhku basah kuyup dengan keringat yang mengalir deras keluar
dari pori-poriku. Marco yang juga berkeringat, berdiri tegak dengan
batang yang sekeras batu. Ia menatapku sambil tersenyum puas.
"Bagaimana Bang ganteng, kamu menikmatinya kan??," tanyanya padaku.
Aku tak tahu harus menjawab apa. Yang pasti apa yang baru saja kualami
bersamanya begitu nikmat. Akhirnya aku mengangguk lemah menjawab
pertanyaannya. Tapi aku tahu dia sendiri belum sampai klimaks.
Sambil tetap membiarkan batang kontolnya tetap tertanam didalam duburku,
tangan Marco mendadak meraup tumpahan air mani diperut dan dadaku, lalu
menjulurkan jari jarinya yang basah berlepotan ke bibirku:
"Ayo jilat Ma... Jilat...". dTak mampu menolak aku membuka bibir dan
membiarkan Marco memasukan jari jari tangannya kedalam mulutku lalu
kujilati lelehan air mani dan kutelan air maniku sendiri. Tenggorokanku
yang kering akibat memacu birahi bersama Marco tadi terasa asin. Aku
menelan dengan lahap. Marco tertawa melihatku.
Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Marco
mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat
seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tak
bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Selama 10 menit kemudian,
genjotannya di pantatku semakin cepat dan keras.
Marco terlihat begitu bernafsu „aah...aaaaah!...AAAAAAAAH!!" tiba-tiba
aku merasakan kontol Marco berguncang-guncang dan rasanya semakin
membesar, rasa sakit yang dashyat pun mulai kembali
"aduh, aduh, aduh!! Aah..AAH!!.." aku kesakitan.
Tiba-tiba tangan Marco membungkam mulutku, „NGGGGGGHHHH!! NNNGGGGGHHH!!"
aku pun menjerit dalam bungkaman tangan Marco karena kesakitan dan
karena guncangannya semakin dashyat dan terus membengkak, rasanya ada
sesuatu yang panas menyembur di pantatku dan masuk kedalam perutku
„AAAAAAAAAH!!! AAAAAAAAAAAAH!!! AAAAAAAAAAH!!!" Marco berteriak lebih
keras lagi seiring spermanya muncrat keluar dari kontolnya di dalam pantatku
"AAAH! AAAH!! AAAH! AAAAAH!! ENAAAK!! ENAAAK!!!! AAAAAAAH!! AAAAAAH!!!
Gila, sperma Marco luar biasa banyaknya, sehingga seluruh liang duburku
terasa basah kuyup. Bahkan karena saking banyaknya, sperma Marco
belepotan hingga ke bibir dubur dan pahaku.
Marco mengerang keras sekali, wajahnya benar-benar merah seperti
terbakar, tangannya gemetaran, keringat bercucuran dimana-mana. Aku
melihat air liur dan air mata Marco mengalir karena rasa puas luar biasa
yang dia rasakan.
Rasanya aku melemas mendengar erangan Marco lebih keras meskipun aku
merasakan sakit yang luar biasa sekali.
„aaah...aah......aah ....aaah..aaah" erangan Marco pun mereda, tetapi
nafasnya masih tersengal-sengal, dia membuka matanya, matanya terlihat
berair dan jernih sekali, aku pun merasakan sesuatu yang cukup aku
risaukan ketika aku melihat matanya, sepertinya aku merasa menyukai
Marco!! tangan Marco masih gemetaran, dia membelai rambutku, kemudian
dia menarik tubuhku dan menyenderkan pada senderan kasurnya.
Perlahan Marco mencabut kontolnya dari pantatku, aku menyaksikan sesuatu
yang sangat mengerikan, aku melihat kontol Marco dan pantatku bersimbah
cairan sperma dan darah!. Meskpiun aku merasakan agak perih karena
lecet-lecet, tetapi aku merasa sedikit agak puas dan lega karena
akhirnya selesai juga. Marco terduduk lemas, jantungku berdegub kencang
sekali, sekarang Marco sungguh terlihat sangat jantan dan tampan sekali
dihadapanku, pikiranku terhadap istriku sudah agak buyar karenanya.
Marco pun mendekati aku "masih sakit Ma?",
Dia tetap memanggil aku "Mama", tapi aku tidak keberatan. Aku
menganggukan kepalaku,
„Maaf ya Ma..." Marco meminta maaf padaku, kini wajahnya terlihat sangat
imut sekali ketika dia berekspresi menyesalnya, aku pun memegang
wajahnya dan senyum kepadanya
Aku termenung menatap langit-langit kamar. Begitu pun dengan Marco.
Ada sesal yang mengendap dihatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan
terhadap perkawinanku, itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk
perasaanku.
"Maafkan aku Bang Tio. Aku telah khilaf dan memaksa Bang Tio melakukan
perbuatan ini "
Ujar Marco dengan lirih.
"Tidak apa-apa.. kamu sudah terlanjur melakukannya.. ini pertama kalinya
untukku... aku rela kalau kamu menikmatinya.."
Aku pun menciumnya lalu memeluknya,
Tapi aku merintih didalam hati: Duuuuh maafkan aku istriku....!,
ampuniii aku yang telah menikmati kenikmatan dari sesama lelaki.
Ampuuuuni aku istriku.....
Kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran masing-masing.
Bermenit-menit kemudian tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut
kami berdua.
"Heei sudah siang lho.. ayo pulang..! " terdengar ketukan pintu dan
suara teriakan dari luar.
Karena terkejut, tanpa berfikir dulu, Marco langsung melilitkan handuk
dan dia loncat membuka pintu dan astaga!, disitu berdiri Mas Harjo sudah
berpakaian rapi yang sedang membangunkan kami.
"Ayo kita harus buru buru sarapan dan pulang" kata Mas Harjo sambil
langsung masuk kedalam kamar dan melihat aku masih diatas kasur.
Degh..!!. Tiba tiba Mas Harjo terlihat keheranan. Raut kebingungan
menyentak logikanya.
"Lho Marc, kalian ngapain berdua sampai berantakan begini? " Kelakar Mas
Harjo.
"Ah nggak apa-apa kok, kami cuma ketiduran tadi " Jawabku degan perasaan
malu. Sementara Marco cuma tersenyum.
Tapi disitu Mas Harjo tercenung melihat dengan mata kepala sendiri bahwa
aku berbaring di kasur masih dalam keadaan telanjang bulat cuma
terhalang oleh bantal yang kututupkan di bagian bawah perutku. Sedangkan
Marco bertelanjang dada, hanya berbalutkan secarik handuk kecil.
Ranjang tempat tidur berantakan seperti habis ada pertempuran dan
kemeja, celana, serta celana dalam kami berserakan diatas lantai. Dan
Mas Harjo bisa melihat deretan cupang merah yang Marco buat disepanjang
leherku.
Mas Harjo, menatap heran dengan mulut setengah terbuka, tapi dengan
bijaksana dan tanpa berkata kata dia langsung keluar sambil berkata pendek:
"Ayo sebentar lagi kita sarapan".
Aku tidak tahu apa yang Mas Harjo fikirkan setelah melihat keadaan aku
dan Marco didalam kamar barusan. Perasaan malu luar biasa menderaku dan
kulihat Marco juga agak gugup, tapi dia rasanya sama sekali tidak peduli.
Dalam suatu kesempatan Mas Harjo bertanya kepadaku secara hati hati:
"Kamu berteman 'dekat' dengan Marco?"
.
Dipojokkan seperti itu, aku jadi bingung tak tahu harus menjawab apa,
tapi secara arief Mas Harjo menepuk bahuku :
"Tidak apa apa Tio!, itu rahasia kalian berdua. Aku juga pernah muda
seperti kamu dan bisa mengerti keisengan kalian"
.
Degh..!, aku terkejut. Ternyata Mas Harjo menganggap perbuatanku dengan
Marco cuma sekedar iseng iseng, padahal sesungguhnya aku dan Marco
melakukan itu karena memang menikmati hubungan sejenis.
Seminggu sejak kejadian itu rasa sesal masih menderaku. Tetapi menginjak
minggu kedua muncul rasa rindu pada Marco.
Dadaku sering berdebar-debar kalau mengingat kenikmatan luar biasa yang
telah diberikan Marco. Aku selalu terbayang keperkasaan Marco diatas
ranjang, yang itu semua tidak dimiliki oleh Istriku. Pernah aku tak
sengaja kepergok Mas Harjo sedang melamun :
"Kamu kangen sama Marco ya?"
tanyanya tulus, tanpa nada mencemooh... ahh rupanya Mas Harjo sudah
maklum dan mengerti kekhususan hubunganku dengan Marco
Penyesalan yang bercampur aduk dengan kerinduan itu terus menerus
membuat hatiku bimbang sehingga awalnya aku terus menerus berusaha
menghindari pertemuan dengan Marco.
Tapi percuma!, Marco terus berusaha mendekatiku.
Ternyata, setelah satu kali mencicipi enaknya disetubuhi oleh sesama
lelaki lagi dan merasakan kejantanan Marco diatas ranjang, akhirnya aku
takluk sampai bertekuk lutut.
Aku menyerah pada kegagahan Marco dan keperkasaan dirinya. Kuserahkan
tubuh dan jiwaku pada seorang pemuda berumur 25 tahun yang menginginkan
diriku menjadi miliknya!.
Maka sejak itu, hampir rutin setiap minggu Marco melepas hasratnya
padaku yang selalu kulayani dengan penuh harapan. Dan tiap pergumulan
dengan Marco, selalu saja ada hal-hal baru yang membuatku semakin
terikat oleh keperkasaannya. Saat menulis cerita ini pun beberapa kali
harus terhenti karena teringat kedahsyatan Marco!, dan aku jadi sangat
terangsang.
Terus terang, berbaring telanjang bulat dengan kedua kakiku terangkat
lebar keatas lalu membiarkan diriku digagahi oleh sesama lelaki yang
mensodomiku, sering membuat aku merasa rendah dan kehilangan kepercayaan
diri. Aku juga merasa terhina dan kotor, telah dinodai oleh muntahan
air mani sesama lelaki yang setiap kali ditanamkan kedalam rahim tubuhku.
Akan tetapi, nafsu betina yang terlanjur dibangunkan dari alam bawah
sadarku oleh keperkasaan Marco telah berhasil membuat aku kecanduan dan
menjadi sangat ketergantungan terhadap kejantanan sesama laki laki.
Aku jadi tak peduli!. Lubang duburku terlanjur rusak parah sampai jebol
akibat terlampau sering menerima entotan kontol sesama lelaki yang
berukuran raksasa sehingga secara fisik, tubuhku sudah tidak sempurna
lagi sebagai laki laki sejati!. Dan tubuhku sudah ternoda oleh air mani
Marco yang sebenarnya mengandung berjuta juta sel sperma yang merupakan
benih benih keturunan manusia dan kini mengalir bersama aliran darahku
selama lamanya.
Bukan hanya mensodomi aku, tapi Marco memperkenalkan aku pada berbagai
variasi seks yang agak janggal dan brutal, termasuk menyuruhku untuk
ngisep dan minum air maninya.
Akhirnya aku rela diajak kumpul kebo dan tinggal serumah dengan Marco
dan melakukan hubungan seperti sepasang suami istri setiap malam. Mas
Harjo sepenuhnya tahu hubunganku dengan Marco tapi dia sangat bijaksana
dan tak pernah membuka rahasia itu. Mas Harjo cuma mengingatkan aku
untuk menutup cupang yang hampir setiap pagi menghiasi leherku, bukti
keganasan Marco ditempat tidur.
Sejak hidup serumah dengan Marco, aku selalu berangkat dan pulang kantor
bersama. Kalau bepergian berdua, Marco tak risih berjalan sambil
merangkul bahuku. Sebagai pemuda yang baru berumur 25 tahun, Marco
terkadang mengajak aku bersantai di Cafe atau Disco dan tanpa sungkan
dia meraih aku merapat ke tubuhnya seolah olah ingin menunjukan pada
cowok cowok gay disitu bahwa aku sudah dia kuasai sebagai miliknya!.
Teman teman sekantor yang lain, tidak bisa menebak kenapa aku menjadi
begitu akrab dan dengan rekan kerja yang berumur jauh lebih muda. Mereka
cuma menduga bahwa kami jadi dekat karena sama sama "bujangan" yang ada
diperantauan..
Para tetanggaku juga tak ada yang curiga melihat aku tinggal serumah
dengan Marco. Mereka cuma mengira kami sekedar teman kerja yang tinggal
serumah untuk menghemat biaya kontrak rumah, padahal didalam kamar yang
terututup kami saling malampiaskan hasrat dan nafsu birahi bagai
sepasang kekasaih.
Istriku?. Dia tidak pernah tahu hubunganku dengan Marco. Dia tetap
menghasihi, menghormati dan melayani aku setiap aku pulang ke BANDUNG
sebagaimana sikap seorang istri pada suaminya. Istriku tak tahu bahwa
dikota tempatku bekerja, justru aku juga adalah seorang "istri" yang
berkewajiban melayani Marco sebagai suamiku.
Bahkan pernah juga Marco memaksa ikut pulang ke Bandung bersamaku. Waktu
pertama berkenalan, istriku sempat khawatir melihat wajah keras dan
sikap beringas Marco, tapi Marco amat menghormati istriku serta bercanda
akrab sambil nonton TV bertiga.
Tapi dasar anak muda, pernah juga pada suatu tengah malam setelah
istriku masuk kedalam kamar dan tidur pulas, Marco nekad menggiring aku
masuk kedalam kamar mandi, lalu mencopot celanaku dan langsung
menyutubuhiku sambil berdiri untuk melampiaskan nafsu birahinya yang
bergolak!.
Bahkan pernah siang hari saat rumah sedang kosong Marco menarik aku
masuk kedalam kamarnya, lalu dia menggarap tubuhku dan tiba tiba istriku
pulang dan terdengar memanggil dari luar, tepat pada waktu aku sedang
berbaring telanjang dibawah tindihan Marco!.
Aku pura pura menjawab sedang membantu memperbaiki TV padahal saat itu
Marco sedang mengangkat kedua kakiku keatas dan tepat ditengah
selangkanganku tertancap batang kejantanan berukuran dahsyat yang sedang
menggempur lubang anusku. Istriku percaya saja.
Ya istriku tak pernah curiga!,
Comments
Post a Comment