CERITA GAY "Aku Bram, Aku Biseksual, Aku Ingin Kembali"

 



Kali ini saya akan berbagi kisah tentang perjalanan hidup seorang biseksual. Panggil saja namanya Bram. Bram memimpikan memiliki seorang istri yang senang dengan anak kecil, ramah, murah senyum, dan pengertian. Mengerti kalau dirinya adalah seorang biseksual. Bram mendambakan itu! Bram merasakan ‘tanda’ bertambahnya preferensi seksual dirinya ketika ia lulus dari Madrasah Aliyah. Bram tahu, hal ini adalah salah satu yang menyimpang dari norma masyarakat. Namun, Bram tidak kuasa menahan hasratnya untuk mencintai seseorang yang sama jenis kelaminnya.
Pergaulan. Bram banyak bergaul dengan orang lain, terlebih karena ia bekerja sebagai pelayan restoran terkenal di Bandung maka ia harus selalu menebar senyum dan banyak bicara. Dimulai dari sinilah Bram melihat begitu macho-nya laki-laki yang datang dengan pakaian rapi dan elegan. Di lingkungan kerja Bram memang sudah tidak asing dengan hubungan sesama jenis, khususnya sesama laki-laki. Ditengah memuncaknya ketertarikan dengan sesama jenis, Bram masih menyimpan harapan akan menikah dengan seorang perempuan yang ia idam-idamkan.
Namun begitu, Bram merasa bahwa preferensi seksualnya lebih kepada cinta sesama jenis meski dalam hatinya tetap ingin merasakan menikah dengan seorang perempuan. Gejolak ini ia rasakan dan kian menyiksa dirinya. Beruntung Bram menceritakan masalahnya kepada teman yang tepat. Dewi nama temannya tersebut. Dewi perempuan normal yang tidak memiliki penyimpangan preferensi seksual. Dewi adalah temannya sesama pelayan restoran. Berkat curahan hatinya kepada Dewi tersebut, Bram akhirnya memutuskan pindah dari restoran tersebut dan merantau ke Jakarta karena berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dewi, di Jakarta banyak sekali yang memiliki preferensi seksual ganda.
Setibanya di Jakarta, Bram melamar ke salah satu restoran terkemuka sebagai pelayan. Disana, Bram merasa sangat tenang karena apa yang dikatakan Dewi terbukti. Di restoran tempat Bram bekerja, banyak pengunjung pasangan homoseksual yang tidak perlu menutupi jati dirinya.
Hari itu, seorang pengunjung laki-laki datang bersama istrinya terus memperhatikan Bram. Sepertinya pengunjung tersebut menangkap bahwa Bram bukanlah seorang lelaki normal pada umumnya. Setelah pengunjung tersebut selesai makan, istrinya diminta menunggu di luar restoran dengan alasan ia ingin membayar ke kasir. Setelah istrinya keluar restoran, lelaki tersebut menemui Bram dan memberikan kartu namanya. Ia meminta Bram untuk menghubunginya. Bram merasa bahwa ada yang aneh dengan lelaki tersebut. “Apa jangan-jangan dia tahu kalau gue bi (biseksual)?” lirihnya dalam hati.
Setelah pulang kerja, malam itu pukul 20.00, Bram langsung mengirimkan sms kepada lelaki tresebut. Secepat kilat, lelaki tersebut menelepon Bram dan mengatakan kalau Dia ingin bertemu dengan Bram di parkiran Mall tempat restoran Bram bekerja 20 menit lagi. Akhirnya terjadilah pertemuan itu. Bram awalnya mengira kalau lelaki tersebut juga memiliki preferensi seksual ganda seperti dirinya. Singkat cerita, terjadilah perkenalan singkat di parkiran Mall. Nama lelaki itu adalah Surya. Tidak seperti yang Bram bayangkan, Surya bukanlah biseksual. Surya justru ingin mengenalkan Bram kepada temannya, Chico. Chico adalah homoseksual yang memang sedang mencari pasangan. Surya memperlihatkan foto Chico dan jika Bram tertarik, malam ini juga Bram akan dipertemukan dengan Chico oleh Surya. Bagai gayung bersambut. Bram serta merta mnerima pinangan itu.
Chico tinggal di kos-kosan daerah Menteng, yang ternyata tidak jauh dari kosan Bram. Setelah pertemuan tersebut terjadi, beberapa minggu kemudian hubungan Bram dan Chico meningkat menjadi sepasang kekasih. Selama berbulan-bulan menjalin asmara sesama jenis, mereka lantas melakukan hubugan seksual. Namun belakangan ini, Bram baru mengetahui kalau Chico adalah orang yang kasar dan agresif. Bram pernah dipukul dan dicakar hanya gara-gara ketika Chico datang ke kosan Bram, Bram sudah tertidur. Namun, Bram merasa kalau Chico takut kehilangan Bram, oleh karenanya Chico sengaja membuat Bram menjadi takut. Akhirnya karena penderitaan ini berlangsung hampir disetiap pertemuan mereka, Bram memutuskan hubungan mereka.
Bram merasa sangat terpukul dan patah hati. Ia kemudian merajut kembali harapannya dengan menikahi seorang perempuan sesuai dengan harapannya. Bram memutuskan untuk keluar dari restoran dan bekerja sebagai office boy di sebuah perusahaan. Di sana, Bram merasa lebih nyaman karena perusahaan tersebut lebih banyak mempekerjakan perempuan daripada laki-laki. Bram banyak bercerita tentang pengalaman hidupnya. Meski sulit, Bram terus bertahan dan berjuang mengembalikan preferensi seksualnya sebelum lulus dari Madrasah Aliyah

Comments

Popular posts from this blog

CERITA GAY " SATPAM KONTOL BENGKOK "

CERITA GAY " KENEK BUS DAN PETUGAS JAGA BUSWAY "

CERITA SEX GAY " SATPAM PLN "